Infak Untuk Jaminan Keselamatan Anak

Bagikan :

Merupakan hal yang paling diinginkan oleh orangtua adalah kebahagiaan bagi anak-anaknya. Betul? Ya. Maka tak heran jika setiap orangtua berlomba-lomba memberikan yang terbaik semasa pertumbuhan sang anak, hingga yang berkaitan dengan masa depannya. Tak sedikit orangtua yang rela menghabiskan hartanya demi pendidikan yang terbaik bagi anaknya, semata-mata untuk “keselamatan” mereka mengarungi kehidupan dunia ini di masa depannya. Sampai banyak pula di antara orangtua yang mempersiapkan JAMINAN pendidikan, kesejahteraan, hingga kesehatan anaknya ataupun jaminan lainnya.

Nah, selama jaminan-jaminan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam, bagi seorang muslim tentu tidak masalah. Tetapi masalahnya justru di sini, ketika kita begitu menggantungkan harapan masa depan anak hanya kepada jaminan-jaminan tersebut, tanpa sedikitpun kita mengharapkan jaminan dari Alloh SWT, atau dalam bahasa lain, kita lupa, bahwa Alloh SWT Yang Maha Mengatur dan mengetahui segala kebutuhan hamba-Nya pun telah menyediakan “layanan-layanan” yang dapat menjamin keselamatan kehidupan seseorang. Bahkan jaminan yang Alloh SWT berikan bukan hanya akan terakumulasi berupa harta yang mungkin bisa habis dalam hitungan sekejap saja, tetapi “bermetamorfosis” menjadi berbagai bentuk pertolongan yang akan datang setiap saat tanpa disangka-sangka.

Inilah jaminan sejati yang kita harapkan, yang langsung berasal dari Robb pengatur alam semesta ini. Lantas, layanan apa yang Alloh SWT sediakan agar kita dapat mendapat jaminan dari Alloh SWT ini? Ya. Salah satunya adalah dengan infak. Bahwa dengan infak kehidupan kita ataupun anak-anak kita akan terjaminkan. Untuk mendapati keterangan lebih jelas dari layanan ini, mari kita cermati baik-baik suatu kisah yang pernah disampaikan oleh Rosululloh SAW berikut ini:

“Pada suatu hari seorang laki-laki berjalan-jalan di tanah lapang, lantas mendengar suara dari awan: ”Hujanilah kebun Fulan.” (suara tersebut bukan dari suara jin atau manusia, tapi dari sebagian malaikat). Lantas awan itu berjalan di ufuk langit, lantas menuangkan airnya di tanah yang berbatu hitam. Tiba-tiba parit itu penuh dengan air. Laki-laki itu meneliti air (dia ikuti ke mana air itu berjalan). Lantas dia melihat laki-laki yang sedang berdiri di kebunnya. Dia memindahkan air dengan sekopnya. Laki-laki (yang berjalan tadi) bertanya kepada pemilik kebun: “wahai Abdulloh (hamba Alloh), siapakah namamu ?”, pemilik kebun menjawab: “Fulan- yaitu nama yang dia dengar di awan tadi”. Pemilik kebun bertanya: “Wahai hambah Alloh, mengapa engkau bertanya tentang namaku ?”. Dia menjawab, “ Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang inilah airnya. Suara itu menyatakan: Siramlah kebun Fulan – namamu-. Apa yang engkau lakukan terhadap kebun ini ?”. Pemilik kebun menjawab: ”Bila kamu berkata demikian, sesungguhnya aku menggunakan hasilnya untuk bersedekah sepertiganya. Aku dan keluargaku memakan daripadanya sepertiganya, dan yang sepertiganya kukembalikan ke sini (sebagai modal penanamannya)”. (HR. Muslim).

Subhanalloh. Bayangkan, bila Alloh SWT mengirimkan awan khusus untuk menyirami kebun kita. Di kala orang lain kekeringan, lahan kita tetap subur. Di kala usaha lain berjatuhan, usaha kita tetap maju, dikala krisis moneter menghantam, kita tetap selamat.

Klik gambar di atas untuk berdonasi

Bagaimana kita bisa memperoleh pertolongan Alloh SWT dengan “awan khusus” tersebut?, kuncinya seperti yang dikisahkan di dalam hadits tadi: mampu menyisihkan sebagian harta kita untuk diinfakkan di jalan Alloh SWT.

Inilah jaminan dari Alloh SWT ketika kita mau menginfakkan harta kita, dan janji Alloh dan Rosul-Nya pasti benar, maka jika hal tersebut kita lakukan dengan sebaik-baiknya, Insyaalloh pastilah jaminan berupa “awan khusus” tersebut kita dapatkan. Namun jangan dibayangkan bahwa “awan khusus” tersebut harus benar-benar berupa awan yang mendatangi kita dari atas langit. Bisa saja awan khusus tersebut berupa teman-teman yang jujur yang memudahkan dalam berusaha, atasan yang adil, atau karyawan yang hati-hati yang menjaga aset usaha, dan berbagai bentuk jaminan ‘awan khusus’ lainnya.

Subhanalloh… bayangkan jika anak kita, kehidupan di masa depannya sudah terjamin oleh Alloh SWT dengan “awan khusus” ini. Betapa tak perlu cemasnya kita memikirkan hal-hal di masa depan yang tidak ketahui keadaannya karena telah terjaminkan oleh Alloh SWT yang bukan hanya dari sisi harta  saja, namun dari segala sisinya.

Nah, tentu hal selanjutnya yang perlu kita pikirkan dan usahakan adalah bagaimana agar anak kita menjadi anak yang senantiasa gemar berinfak? Mengajarkan bersedekah atau berinfak pada anak memang tak semudah yang dibayangkan karena memang disinilah seninya mendidik manusia yang selalu berkembang kemampuannya dan dianugerahi inisiatif.

Setidaknya, ada beberapa dari banyak hal yang dapat dilakukan: Yang pertama, ajarkan sejak dini dengan cara yang disukai anak. Seperti menyediakan kotak infak di rumah (apalagi bila disediakan dalam bentuk yang lucu) dan biarkan ia merasa tertantang memasukkan koin-koin uang logam dengan jari-jari kecilnya. Lalu perdengarkanlah bagaimana bunyi uang logam ketika menyentuh dasar kotak dan iramakanlah dengan mimik yang lucu, seperti “cluk-cluk-cluk!” Anak pun pasti akan merasa senang.

Kedua, tanamkanlah pada anak bahwa bersedekah adalah hal yang menyenangkan dan diperlukan. Seperti mengatakan kepada anak, “Waah, Bunda sedang nggak punya uang nih, Nak. Kasih uang sama pengemis dulu, yuk. Insya Allah si Ibu tua itu senang, sehingga kita pun ikut senang meski sedang tak punya uang.” Dengan demikian, anakpun akan belajar bahwa bersedekah akan mendatangkan kebahagiaan pada orang lain dan diri sendiri. Ketiga, sentuhlah hati anak yang lembut untuk turut merasakan penderitaan orang lain. Seperti ketika ia tengah memakan kue sarapannya, ajaklah ia untuk bersyukur akan kelezatan rasa kue yang tengah disantapnya tersebut. Lalu, ajaklah ia untuk mengetahui bahwa ada anak lain yang tak dapat menyantap kue untuk sarapan dengan mengingatkannya pada anak-anak di pinggir jalan yang suka dilihatnya ketika bepergian. Kemudian, doronglah ia berinfak mengumpulkan uang untuk anak jalanan dan kaum dhuafa lainnya.

            Demikian beberapa cara mengajarkan anak gemar berinfak, semoga Alloh SWT memudahkan kita dalam merealisasikannya, aamiin.